Selasa, 22 November 2011

PERWUJUDAN CINTA KEPADA ORANG TUA

      Cinta merupakan sesuatu yang dimiliki oleh setiap manusia. Ia adalah rasa dimana ia tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Yang hanya dapat dirasakan oleh mereka yang mengalaminya. Cinta ini bisa berupa cinta kepada Allah, orang tua, anak, keluarga, teman, lawan jenis, lingkungan dan lain sebagainya. Wujud dari kecintaan seseorang bisa beragam, bergantung indivu dan kepada siapa ia mencintai.
Cinta mempunyai definisi yang berbeda-beda. Seseorang tidak bisa memaksakan definisinya kepada orang lain. Adakalanya cinta itu perasaan ingin menjadi berarti bagi yang dicintai. Untuk mewujudkan atau menjadikan diri ini berarti maka ada banyak sekali usaha yang bisa dilakukan. Cinta ini dirasakan kemudian diaktualisasikan ke kehidupan dalam segala hal.
Perwujudan cinta ini tidak boleh bertentangan dengan al Qur’an dan Sunnah. Cinta yang berlebihan justru tidak akan melahirkan kebahagiaan dan kesempurnaan tujuan yang hendak dicapai. Wujud kecintaan seseorang ini bisa ditunjukkan dengan tingkah lakunya atau akhlaknya. Allah SWT. sendiri telah mengutus Rasulullah saw. untuk menyempurnakan akhlak dan sebagai teladan yang baik bagi seluruh umat manusia terutama umat Islam. Dengan begitu, tiap perilaku yang hendak dilakukan sepatutnya bercermin pada al Qur’an dan Sunnah melalui Rasulullah saw. yang memang diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Cinta seorang anak kepada orang tua bisa diwujudkan dengan beragam cara, sesuai situasi dan kondisi yang melingkupi mereka. Mungkin seorang anak belum mengetahui seberapa besar cintanya pada orang tua. Akan tetapi tentunya lebih besar cinta orang tua terutama ibu kepada anaknya. Dalam hal ini, seorang anak tidak akan menyadari bahwa cintanya kepada orang tua membuat mereka takut untuk kehilangan keduanya. Tak diragukan lagi, ketika salah satu dari orang tua kita ada yang sakit, seorang anak sewajarnya berusaha untuk merawat orang tuanya. Itu merupakan salah satu wujud cinta anak kepada orang tua.
Dalam nash al Qur’an dan sunnah sendiri menyinggung tentang adab atau tata cara bergaul dengan kedua orang tua:
* 4Ó|Ós%ur y7/u žwr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$­ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ  
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.  (QS. Al Isra’: 27)
Dan dalam sebuah hadits: “Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa mengabaikan orang tuanya maka dia kafir.” (HR. Muslim)
            Bahkan mengatakan “ah” saja tidak diperbolehkan apalagi memukul mereka, tentunya itu akan lebih menyakiti hati mereka. Wujud cinta seorang anak kepada orang tuanya ialah ia berbakti kepada keduanya, menuruti kehendaknya dalam amr ma’ruf dan bukan untuk membangkang Allah SWT. Jikalau mereka meminta sesuatu yang dilarang Allah, cara penolakannya pun harus dengan cara yang halus agar tidak menyakiti hatinya.
           Adapula seorang anak yang ingin menjadi berarti dihadapan orang tuanya dengan beberapa usaha yang bisa ia lakukan. Diantaranya, membantu orang tua, berusaha berprestasi dan menjadi orang sukses dls. Semua itu merupakan usaha untuk membahagiakan orang tua dalam rangka wujud cintanya kepada kedua orang tua.            
            Namun kesuksesan yang bisa diraih tak akan berguna tanpa adanya akhlak yang baik dalam diri seorang anak terutama kepada orang tuanya. Sehingga akhlak yang baik yang dimiliki seorang anak merupakan kebahagiaan utama yang dirasakan oleh orang tua.
            Tak jarang orang tua melarang anaknya melakukan sesuatu dikarenakan ia merasa khawatir terhadap anaknya kalau-kalau ia tersesat ke jalan yang salah. Sehingga ada orang tua yang terlalu mengatur anaknya. Semua itu tidak lain merupakan wujud cinta orang tua kepada anak-anaknya yang ingin melihat anaknya tumbuh dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran agama. Akan tetapi tak banyak dari mereka, para anak tidak mengetahui bahwa apa yang dilalkukan orang tua mereka semata-mata hanya untuk anaknya dan untuk melihat mereka bahagia.
            Seperti yang disinggung di atas, sebagai seorang anak tidak sepantasnya mengucapkan kata “ah” dan lain sebagainya yang akan menyakiti orang tua. Jika terjadi perbedaan pendapat pun hendaknya tidak saling memaksakan kehendaknya masing-masing tapi harus dicari solusinya bersama-sama sehingga terwujud keluarga yang harmonis tanpa ada pertengkaran. Sehingga cinta tak membuat seseorang merasa menderita karena ingin selalu memberikan  yang terbaik tapi akhirnya malah membawa derita baginya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar