Bagi umat Islam, kata dakwah mungkin
sudah tidak asing lagi. Ketika muncul kata dakwah maka yang langsung tergambar
dalam pikiran adalah sebuah kegiatan yang isinya hanya mendengar ceramah agama
yang disampaikan oleh pendakwah. Pendakwah sekarang ini pun sudah tak
mengedepankan ilmu yang didalaminya tapi hanya dicukupkan dengan “keberanian
berbicara”. Kenapa dibilang dengan “keberanian berbicara”? karena telah
diketahui bersama bahwasannya mereka tidak mendalami ilmu-ilmu yang wajib
dikuasai oleh seorang pendakwah terlebih itu menyangkut agama yang tak boleh
asal-asalan dalam memberikan pendapat. Dilihat dari background mereka
yang notabene bukan seorang yang secara khusus mengkaji Islam sebagai
contoh mengusai Bahasa Arab, ilmu ushuluddin, dan yang lainnya.
Dalam memberikan ulasan tentang
agama hendaknya para pendakwah tak hanya menyajikan satu pendapat saja akan
tetapi menyuguhkan beberapa pendapat. Hal tersebut sebagai upaya untuk
meminimalisir fanatisme terhadap salah satu pendapat dan agar tidak ada lagi judgment
hitam-putih benar-salah.
Dakwah Baru
Meminjam kata dari azyumardi Azra,
setelah lahirnya “orientalisme baru”, “intelektual baru” maka perlu kiranya
kita lahirkan “dakwah baru”. Melihat kondisi masyarakat yang sekarang ini maka
dakwah tak boleh hanya berhenti pada pemberian ceramah agama tapi perlu wujud
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Karena agama tak mungkin lepas dari berbagai
sendi kehidupan tiap individu.
"Dakwah baru" ini juga diharapkan
mampu melahirkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan baik itu sesama muslim maupun dengan non muslim. Sehingga dengan pemahaman yang demikian maka
tak akan ada lagi dengung-dengung terorisme yang selalu dikaitkan dengan
permusuhan antara umat muslim dan umat kristiani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar